Kamis, 30 Januari 2014

Teori Perkembangan Moral Menurut Piaget

Piaget mengemukakan bahwa seorang manusia dalam kehidupannya akan melalui rentangan perkembangan moral perkembangan moral yaitu:
1. Tahapan Heteronomous, memiliki makna bahwa seseorang pada saat awal kehidupannya belum memiliki pendirian kuat dalam menentukan sikap dan perilaku, atau dapat dikatakan bahwa dalam menentukan pilihan keputusan sebuah perilaku, masih dilandasi oleh aneka ragam, dan sering bertukarnya ketentuan dan kepentingan. hal ini mungkin muncul pada diri seorang anak di usia 2 - 6 tahun.
contoh: Pada suatu saat jika anak TK akan ditanya, kalau sudah besar, ingin jadi apa? maka, antara jawaban yang pertama dengan jawaban yang kedua, dan seterusnya, besar kemungkinan jawaban anak akan berbeda. Perbedaan itu banyak dipengaruhi oleh segala sesuatu yang dapat membuat emosi anak menyenangkan. Anak akan memilih dan menentukan sesuatu dengan pertimbangan yang menguntungkan dirinya sendiri, tidak peduli dengan ungkapan atau pilihan sikap/perkataan sebelumnya.
2. Tahapan Autonomous, pada tahapan ini seorang anak manusia telah memiliki kemampuan sendiri dalam menentukan segala keputusan sikap dan perilaku moralitasnya. Moralitas yang tercermin dari dirinya telah didasari oleh pendirian sendiri. Hal itu terbentuk dari proses pembelajaran dalam kehidupannya yang memungkinkan dirinya banyak menggunakan pertimbangan akal sehat, pengetahuan dan pengalaman hidupnya sehingga pada tahapan ini manusia dapat dikatakan sebagai Agent of Just.
Yang perlu mendapat fokus perhatian kita sebagai praktisi pendidikan pada jenjang pendidikan prasekolah ( TK) adalah pada tapahan Heteronomous (anak usia 2 sampai 6 tahun). Alasannya adalah pada fase ini anak masih sangat labil, mudah terbawa arus, mudah terpengaruhi, dan dalam rangka pendidikan moral, mereka sangat membutuhkan bimbingan, proses latihan serta pembiasaan yang terus menerus. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Pusat Pengembangan dan Pendidikan Anak Usia Dini (Early Childhood Education & Development Center, 2003) yang menyatakan bahwa anak membutuhkan latihan dan rutinitas. melakukan secara berulang-ulang adalah sesuatu keharusan dan kesenangan bagi anak dini usia. Mereka tidak pernah bosan melakukan sesuatu dalam fekuensi tinggi atau rentang waktu yang singkat. Rutinitas juga menjadi hal penting dalam kehidupan anak dini usia karena pengulangan (Repetisi) merupakan keharusan dalam proses belajar anak. Rutinitas menjadi hal yang penting di dalam pengembangan kebiasaan yang baik.

Teori Perkembangan Moral Menurut John Dewey

Tahapan perkembangan moral seseorang itu akan melewati 3 fase, sebagai berikut:
a. Fase Pre Moral atau Pre Convenstional; sikap dan perilaku manusia banyak dilandasi oleh impuls biologis     dan sosial
Contoh:
ketika seorang anak yang dibesarkan di lingkungan jalanan, jauh dari suasana keharmonisan, sepi dari nuansa saling menghargai, dan hampa dari rasa persaudaraan. kekerasan, persaingan, dan saling berebutlah yang menjadi pelajaran hidup sehari-hari mereka. sikap dan kepribadian yang munculpun sungguh sangat menyedihkan. Mereka banyak menampilkan sikap tidak sopan ketika meminta-minta di lampu merah, tidak mengenal tatakrama kehidupan, dan hampir tidak mampu membedakan perbuatan baik dan buruk.
b. Tingkat Konvensional; perkembangan moral manusia banyak didasari oleh sikap kritis kelompoknya
Contoh:
ketika anak manusia telah mengalami pertambahan usia dan menemukan lingkungan baru dalam kehidupannya maka, faktor lingkungan itupun sangat besar memberikan pola dalam menentukan sikap dan perilakunya. Di sinilah kita sadari bahwa lingkungan pendidikan sangat dibutuhkan pada tahapan ini. Lingkungan yang kondusif dan edukatif, akan mampu memberi sumbangsih terbesar dalam mendasari kehidupan anak selanjutnya. Namun sebaliknya, bila anak dibesarkan dilingkungan yang negatif maka nilai-nilai negatif pun dengan sendirinya akan mewarnai kehidupan anak itu sendiri.
c. Autonomous; perkembangan manusia banyak dilandaskan pada pola pikirnya sendiri
Pendidikan memiliki peran sangat strategis sebab tanpa landasan pendidikan, manusia akan banyak dikendalikan oleh dorongan kebutuhan biologisnya belaka ketika hendak menentukan segala sesuatu.
Contoh:
Pada Tahapan terakhir seorang manusia setelah melewati tahapan awal kehidupannya, dilanjutkan dengan pertambahan usia yang dijalani dengan hidup di lingkungannya maka manusia itu sendiri akan mampu menentukan berbagai pilihan sikap dan kepribadiannya dengan dasar pola berpikirnya sendiri. Itulah tahapan kedewasaan manusia. Namun perlu dicermati bahwa bila manusia itu dibesarkan dengan pengalaman hidup yang mengandung nilai edukatif maka faktor edukatif itu akan mampu memberikan pengaruh positif dalam menentukan berbagai tindakannya. Tetapi lain halnya dengan seseorang yang tidak mengalami proses kehidupan edukatif maka besar kemungkinan bentuk kedewasaannya hanya terlihat dari faktor usia belaka, sementara sikap dan perilakunya jauh dari makna kedewasaannya itu sendiri.
Anak Taman Kanak-Kanak, secara teoritis berada pada fase pertama dan kedua. Oleh sebab itu, seorang guru Taman Kanak-Kanak perlu memperhatikan kedua karakteristik tahapan perkembangan moral tersebut.